SELAMAT DATANG DI SOLUSI CENTER

KAMI SIAP MEMBANTU ANDA

Selasa, 21 Februari 2012

Kompetensi Pedagogik GUru

Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru.  Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.
Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.
Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan  kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta indikatornya:
A. Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:
  1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya,
  2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
  3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,
  4. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,
  5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik,
  6. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder, dsb).
B. Menguasasi teori belajar dan prinsip‐prinsip pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar:
  1. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
  2. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
  3. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,
  4. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,
  5. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
  6. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
C. Pengembangan kurikulum. Guru mampu  menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru  mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:
  1. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,
  2. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,
  3. Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,
  4. Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.
D. Kegiatan pembelajaran yang mendidik.  Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan  menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:
  1. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,
  2. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,
  3. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,
  4. Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,
  5. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik,
  6. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,
  7. Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif,
  8. Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,
  9. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,
  10. Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan
  11. Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
E. Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu  menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program  embelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka:
  1. Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing.
  2. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing‐masing.
  3. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik.
  4.  Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.
  5. Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
  6. Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.
  7. Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.
F. Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu  memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik:
  1. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.
  2. Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.
  3. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.
  4. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.
  5. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
  6. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.
G. Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya:
  1. Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.
  2. Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
  3. Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.
  4. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.
  5. Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
======
Sumber:
Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru  (PK Guru). Jakarta. www.bermutuprofesi.org
=============
Refleksi:
=============
Melihat berbagai indikator yang ada, tampak bahwa untuk menjadi guru yang sejatinya bukan hal yang mudah. Guru adalah desainer masa depan anak. Melalui sentuhannya, masa depan anak akan banyak ditentukan. Kesalahan perlakuan bisa berdampak fatal terhadap perkembangan anak, yang tidak hanya terjadi pada hari ini tapi justru nanti di kemudian hari.
Dalam sejarah perkembangan profesi guru di Indonesia, kita bisa melihat fakta bahwa dulu proses rekrutmen guru masih sangat longgar. Posisi guru seolah-olah bisa diisi oleh siapa pun, tanpa banyak melihat kualifikasi dan kompetensi yang dimilikinya. Dalam bahasa sederhananya,  “yang penting ada guru” atau ” asal ada guru”.
Memasuki abad ke-21, tantangan hidup dan kehidupan sangatlah dinamis dan kompleks. Semua ini mau-tidak mau menghendaki adanya perubahan yang mendasar dan signifikan terhadap proses pendidikan dan pembelajaran peserta didik, yang di dalamnya mengandung implikasi kuat terhadap perubahan peran dan tugas yang dilakukan oleh guru.
Mungkin karena alasan itulah, saat ini pemerintah sedang berusaha menata dan membenahi profesi guru ini, mulai dari proses pendidikan calon guru (penataan LPTK), saat mengawali karir guru (program induksi), dan selama menjadi guru (penilaian kinerja guru dan pengembangan keprofesian berkelanjutan). Kita yakini bahwa semua itu ditujukan agar pendidikan benar-benar dipegang oleh orang-orang yang  memiliki keahlian di bidangnya. sehingga pada gilirannya pendidikan dan kehidupan di negeri  ini pun dapat hadir menjadi lebih baik lagi. Semoga!
Bagaimana menurut Anda?

Selasa, 14 Februari 2012

valentine days


VALENTINE


BAB I
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pemurah, yang Mencipta semua ilmu sejak dari azali hingga kekal abadi, dan yang menyimpan semua ilmu itu dalam diri-Nya. Dialah sumber dan sebab musabab penciptaan segala yang wujud ini.
Segala puji bagi Allah yang menurunkan Al-Qur’an dan menjelaskan sebab-sebab Al-Qur’an itu diturunkan, yaitu sebagai peringatan dan petunjuk bagi manusia. Diturunkannya Al-Qur’an kepada hamba-Nya juga untuk membimbing mereka ke jalan yang benar dan dijadikan-Nya Islam sebagai agama yang diridhoi-Nya.
Shalawat dan salam kepada kekasih-Nya Nabi Muhammad SAW yang Ia sendiri mengajar kekasih-Nya itu. Beliaulah Rasul dan Nabi terakhir yang diutus untuk semua manusia di bumi ini agar membimbing ke jalan yang lurus dan benar. Serta mengeluarkan mereka dari jalan yang sesat dan gelap. Beliaulah Nabi paling mulia dan dimuliakan serta disebut-sebut dalam kitab-kitab terdahulu. Pewarisnya adalah pembimbing bagi insan yang ingin mencari ridlo Allah. Para sahabatnya adalah orang-orang pilihan-Nya dan semoga keridhoan Allah kepada ruh-ruh mereka sekalian.
أنَّ النَّبِيَّ ص م: قَالَ لَتَتَّبَعُنَّ سَـنَنَ مِنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍوذِرَاعًابِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوْاحُجْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ.

Sesungguhnya Nabi SAW bersabda:
“Kalian benar-benar akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sedepa demi sedepa. Hingga, sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak pun, niscaya kalian akan turut memasukinya”.
(Muttafaq Alaih dari Abu Said al-Khudri).

Pada kesempatan ini penulis membahas Valentine karena hari Valentine itu tak ada kaitannya dengan Islam dan yang mengikutinya pasti akan tersesat, sepertinya sudah menjadi bagian hidup masyarakat masa kini. Pintu kerusakan telah terbuka terutama bagi para remaja dan masyarakat awam pada umumnya. Seolah kasih sayang hanya tertumpah pada satu hari itu, yang kurang berarti dan semau sendiri.
              

BAB II
PEMBAHASAN
A.     DEFINISI
1.      Definisi Valentine Day Secara Istilah
Hari yang tak ada tuntunannya dalam Islam dan sama sekali tak membawa kebaikan di kalangan para pemuda Islam, yang merayakannya pun kebanyakan dari kaum Nasrani. (Muhammad Shalih Al-Munajjid, 2009) 
2.      Definisi Valentine Day Menurut Pendapat Beberapa Ulama
a.       Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsainin beliau berkata: “Merayakan Valentine Day tidak diperbolehkan karena beberapa alas an”. Pertama, termasuk salah satu hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya dalam syariat Islam.” Kedua, dapat menyibukkan hati dengan hal-hal yang tidak berguna dan sangat bertentangan dengan petunjuk para salafus shaleh. Oleh karenanya, tidak dibolehkan mengadakan acara apapun dari syi’ar syi’ar hari raya mereka, baik dalam bentuk makanan, minuman, pakaian, saling tukar hadiah, atau yang lainnya. Setiap muslim hendaknya bangga dengan agamanya dan menjadi orang mempunyai pegangan dan tidak hanya ikut-ikutan”. Allahua’lam.
b.      Menurut Syaikh Abdullah bin Abdurrahman bin Al-Jibrin berkata : “Tidak boleh merayakan hari raya bid’ah semacam ini, sebab ia termasuk bid’ah yang diadakan dan tidak ada dalilnya dalam syari’at.”
Hal ini masuk dalam kategori hadits Aisyah bahwa Nabi bersabda :
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَ هَذَامَالَيْسَ مِنْهُ فَهُوَرَدٌّ
“Barang siapa mengada-ada (sesuatu) dalam urusan (agama) kami ini, padahal bukan termasuk bagian di dalmnya maka ia tertolak”.
c.       Menurut Al-Lajnah Ad-Daimah berkata : “setiap muslim diharamkan membantu penyelenggaraan hari raya tersebut dan hari raya lainnya yang diharamkan dengan suatu apapun, baik berupa makanan , minuman, penjualan, pembelian, produk hadiah, surat, iklan, dan sebagainya. Karena semua ini termasuk tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan serta bermaksiat kepada Allah dan Rosul-Nya. Wajib bagi setiap muslim berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan sunnah di segala kondisi, lebih-lebih pada saat-saat terjadinya fitnah dan banyak kerusakan. Hendaknya ia waspada agar tidak terjerumus dalam kesesatan orang-orang yang tidak mengharapkan kehormatan dari Allah dan tidak menghormati Islam. Seorang muslim juga hendaknya kembali kepada Allah dengan memohon petunjuknya dan keteguhan di atasnya. Sebab, tidak ada yang dapat memberi petunjuk selain Allah dan tidak ada yang dapat memberikan keteguhan selain Allah. Hanya Allahlah yang kuasa memberikan petunjuk” (Al-Munajjid, 2009 : 160-162).
       

B.     DALIL TENTANG VALENTINE
1.      Dalil dari Al-Qur’an
Allah SWT berfirman :
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنََّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya”. (Al – Isra’ : 36).
Allah SWT berfirman :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ     وَتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
 “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, Sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya”. (Al- Maidah : 2).
Allah SWT berfirman:
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai
dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas.
Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat adzab yang berat.”
(Ali -  Imron : 105).   

2.      Dalil dari Al Hadits
Rosulullah SAW bersabda:
اِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيْدًا وَاِنَّ هَذَا عِيْدَنَا
“Sesungguhnya setiap kaum itu memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
Rosulullah SAW bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka. “ (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
Rosulullah SAW bersabda :
إِذَا أحَبَّ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ

“Jika seseorang mencintai saudaranya (seiman) hendaklah ia memberitahukan kepadanya bahwa ia mencintainya”. (H.R. Abu Dawud dan At –Tirmidzi) 
C.     SEJARAH VALENTINE DAY
Valentine day termasuk salah satu hari raya penyembahan berhala (paganisme) bangsa romawi. Karena saat itu, paganisme mendominasi bangsa Romawi lebih dari tujuh belas abad. Ia merupakan ungkapan cinta tuhan menurut paham paganisme Romawi.
Hari raya paganisme ini memiliki mitos yang berkelanjutan dikalangan bangsa Romawi dan pewaris mereka dari kalangan Kristen. Di antara mitos yang paling masyhur adalah kepercayaan bahwa suatu hari Rommelios, pendiri kota Roma, di susui oleh seekor srigala hingga serigala itu memberinya kekuatan dan keunggulan pikiran.
Akhirnya, bangsa Romawi pun selalu memeringati peristiwa ini dengan perayaan yang besar pada pertengahan bulan Februari dalam setiap tahun. Gambarnya adalah sebagai berikut :
Pada perayaan itu di sembelih seekor anjing dan seekor kambing. Lantas dua orang pemuda yang berotot meminyaki tubuh keduanya dengan darah anjing dan kambing tersebut. Kemudian, keduanya mencuci darah itu dengan susu. Sesudah itu, lewatlah arak-arakan pawai dalam jumlah besar dimana kedua pemuda tadi berada di bagian depan mengelilingi jalan-jalan. Kedua pemuda itu membawa dua potongan kulit yang digunakan untuk menyentuh siapapun yang mereka jumpai. Para perempuan muda Romawi pun berebut untuk menyambut sentuhan kulit itu karena mereka percaya bahwa sentuhan tersebut dapat mencegah dan menyembuhkan kemandulan (Shalih Al- Munajjid, 2009 : 138-139).
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan santo valentine. Pada tahun 1415 M, Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Prancis. Oleh Goffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkan dengan musim kawin burung-burung dalam puisinya.
Adapun Cupid (berarti : the desire), Si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “The hunter dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena itu begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incets (secara harfiah berarti hubungan seks antara saudara kandung) dengan anak kandungnya itu (Rizki, 2005)           
D.    RITUAL VALENTINE DAY
Ritual-ritual Valentine Day diantaranya adalah :
1.      Menampakkan kebahagiaan dan kegembiraan sebagaimana pada hari raya lainnya. 
2.      Saling memberikan bunga mawar merah (merah jambu). Hal itu sebagai ungkapan cinta atau kasih sayang yang merupakan cinta tuhan menurut para penyembah berhala (paganisme) dan cinta menurut orang-orang Kristen. Karena itulah ia dinamakan (menurut mereka) hari raya orang-orang yang dilanda rindu.
3.      Membagi-bagikan kartu ucapan selamat bergambarkan cupid. Cupid adalah gambar bayi bersayap dua serta membawa busur dan anak panah. Ia merupakan dewa cinta bagi umat paganis bangsa Romawi.
4.      Saling memberikan ungkapan kasih sayang, kerinduan dan cinta pada kartu ucapan selamat dalam bentuk puisi, prosa, atau pun kalimat-kalimat pendek. Di sebagian kartu ucapan selamat tersebut juga terdapat gambar dan ungkapan-ungkapan yang lucu dan jenaka. Yang paling banyak ditulis ungkapan To be My Valentine”. 
5.      Dibanyak negeri Kristen diadakan pesta dansa sehari semalam yang penuh dengan ikhtilat (campur baur antar lawan jenis). Banyak diantara mereka yang memberikan hadiah seperti bunga mawar dan kotak-kotak coklat kepada teman sejawat, rekan, dan orang-orang yang mereka cintai (Al-Munajjid, 2009:142).
Setelah memperhatikan berbagai mitos seputar hari raya Valentine yang telah dipaparkan di depan dapat diambil beberapa hal sebagai berikut:
1.      Asal perayaan ini ialah kepercayaan paganisme pada bangsa Romawi untuk mngungkapkan kecintaan kepada tuhan, yaitu sebuah berhala yang mereka sembah selain Allah. Oleh karena itu, barang siapa yang merayakan upacara kesyirikan untuk menyembah berhala-berhala. Allah SWT berfirman:
إِ  نَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظََّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seseorang penolong pun” (Al-Maidah : 72).       
2.      Dengan berkembangnya hari raya ini pada bangsa Romawi terkait erat dengan mitos-mitos yang sama sekali tidak bisa diterima oleh akal sehat, terlebih lagi akal seseorang muslim yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya.
Apakah masuk akal apabila ada seekor srigala yang menyusui seorang pendiri kota Roma dan memberinya kekuatan serta keunggulan pikiran, berdasarkan apa yang menyelisihi akidah seorang muslim? Sesungguhnya yang bisa memberikan kekuatan dan keunggulan pikiran hanyalah Allah, bukan air susu seekor srigala.
3.      Salah satu syi’ar buruk pada hari raya bangsa Romawi ini ialah penyembelihan anjing dan kambing kemudian setelah itu melumurkan darahnya kepada dua orang pemuda. Hal ini tidak sesuai dengan fitroh yang lurus dan tidak bisa diterima oleh akal sehat.
4.      Orang-orang Kristen sendiri masih meragukan keterkaitan Santo Valentino dengan hari raya ini. Dahulu, umat Kristen menolak hari raya paganisme yang mereka adopsi dari kaum paganis. Lantas bagaimana dengan kaum muslimin yang diperintahkan untuk menyelisihi orang-orang Kristen maupun bangsa paganis sebelum mereka. 
5.      Pada masa dahulu, perayaan hari ini telah dihapuskan oleh para pendeta Kristen di Italia, benteng katolik Roma, karena didalamnya terdapat unsur penyebaran akhlak yang tercela dan mempengaruhi akal pemuda dan pemudi.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kaum muslimin meninggalkannya, mewaspadainya dan menegakkan amar makruf nahi munkar terhadapnya. (Al – Munajjid 2009).
Valentine’s Day nampaknya ingin menyaingi hari raya Idhul Fithri. Ketika seluruh Umat Islam menumpahkan kasih sayang dan saling memaafkan kepada handai tolan dan kerabat terdekat mereka. Berbeda dengan Valentine’s day, yang prakteknya merupakan tindakan asusila terhadap lawan jenis yang haram (umumnya di sebut pacar). Momen kasih sayang dalam ajaran Islam bukan hanya terjadi pada Idhul Fithri saja, tetapi setiap hari dan setiap waktu umat islam diajari untuk saling mengasihi dan menyayangi sesama saudaranya seiman.            
E.     HARI VALENTINE DI INDONESIA
Tidak ada satu catatan pun yang bisa dijadikan patokan kapan hari Valentine ini mulai dinyatakan di Indonesia. Bisa jadi sejak masuknya penjajah Portugis atau Belanda yang awalnya dirayakan hanya dalam lingkup terbatas di dalam benteng atau kompleks militer mereka, yang kemudian meluas lewat orang-orang pribumi yang bekerja pada mereka atau lewat cara lainnya.
Yang jelas sejak tahun 1980-an perayaan hari Valentine ini semakin memprlihatkan kemeriahan. Di masa itu, telah memasuki bulan Februari, rak-rak yang berjajar di toko buku sudah mulai diisi beragam-ragam kartu ucapan Valentine’s Day, demikian juga toko-toko souvenir yang mulai memasang aneka kado bertema Valentine’s Day. Beberapa Mall dan supermarket saat memasuki bulan Februari juga sudah mendekor seluruh ruangan dengan warna-warna pink dan biru lembut, dengan hiasan-hiasan berbentuk hati dan pita di mana-mana.
Pada malam harinya, di jalan-jalan umum, bioskop-bioskop, atau di kafe-kafe yang mulai menjamur di kota-kota besar seperti Jakarta, pasangan-pasangan muda terlihat begitu mesra. Yang perempuan sengaja mengenakan busana yang didominasi warna pink dan “Sang arjuna” memakai pakaian berwarna biru. Seiring dengan kian meriahnya perayaan Valentine’s Day, muncul pula kelompok-kelompok yang mengkritisinya.
Pada masa itu, para pengkritisi Valentine’s Day biasanya berasal dari aktivis masjid, baik yang ada di sekolah menengah atau perguruan tinggi, yang ada pada tahun 1980-an juga mulai maraknya dengan acara-acara pengkajian keislamannya. Salah satu media yang paling dipakai para pengkritisi Hari Valentine adalah majalah dinding yang terdapat di sekolah menengah atau perguruan tinggi. Isinya pun beragam tetapi umumnya berupaya menjelaskan bahwa Hari Valentine adalah hari untuk memperingati kematian Santo Valentine, sebab itu umat Islam tidak dibenarkan untuk ikut-ikutan merayakannya. Ada yang setuju dan ada pula yang tetap mengikuti Hari Valentine.
Seperti peristiwa yang terjadi pada hari Sabtu siang, 14 Februari 2004. Saat jutaan remaja di seluruh dunia tengah bersiap menyambut datangnya malam Valentine’s Day, puluhan remaja SLTP dan SLTA kota Sumedang, Jawa Barat, malah melakukan aksi unjuk rasa menentang perayaan hari kasih sayang tersebut. Dalam aksinya, mereka melakukan long march 500 meter dari Alun-alun kota menuju Taman Telur Seraya membawa sejumlah poster, para pelajar yang tergabung dalam “Forum Aksi Keprihatinan Valentine’s Day “ itu membagi-bagikan selebaran yang berisi imbauan agar masyarakat tidak latah dengan perayaan yang mereka sebut sebagai budaya sampah itu (Rizki, 2005).                   

F.      HUKUM MERAYAKAN VALENTINE DAY
Tidak boleh merayakan Valentine’s Day karena hari raya itu adalah hari raya bid’ah, tidak ada dasarnya dalam syari’at. Dan akan menimbulkan kecengangan dan kecemburuan. Dan akan menyebabkan sibuknya hati dengan perkara-perkara bodoh yang bertolak belakang dengan tuntunan para salaf , karena itu, pada hari tersebut tidak boleh ada simbol-simbol perayaan, baik berupa makanan, minuman, pakaian, saling memberi hadiah, ataupun lainnya :
Dan pada pendahulu umat Islam hanya ada dua, yaitu Idul Fithri dan Idul Adha (Aziz, 2003 : 461-462)
لِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ
“Bagi tiap-tiap umat telah kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan ……….. (Al – Hajj : 67).
Hal ini sebagaimana halnya arah kiblat, shalat dan puasa. Oleh karenanya, tidak ada bedanya antara mengikuti hari raya mereka dan mengikuti seluruh jalan (manhaj) mereka. Menyetujui seluruh hari raya mereka sama halnya dengan menyetujui kekufuran mereka. Dan karena Valentine’s Day berasal dari masa Romawi dan bukan Islam, berarti perayaan ini termasuk ciri khusus agama Kristen. Bila orang Kristen dan Yahudi memiliki hari raya maka hari raya tersebut khusus untuk mereka, seorang muslim tidak boleh mengikuti syari’at mereka. Merayakan tasyabbuh (menyerupai) orang-orang paganis bangsa Romawi. Hal ini dilakukan juga oleh orang Kristen, maksud dari Valentine Day pada zaman sekarang ini adalah menebarkan rasa cinta kepada seluruh manusia baik yang mukmin maupun kafir. Padahal, mencintai dan menyayangi orang kafir adalah haram.
Kecintaan dan kasih sayang yang dimaksudkan di dalam Valentine Day adalah kecintaan yang bersifat isq (cinta buta) dan gharam (cinta penuh nafsu), yang diluar batas hubungan suami istri (Al – Munajjid, 2009 : 144-149).       
G.     SIKAP SEORANG MUSLIM TERHADAP VALENTINE DAY
Diantara fenomena yang dapat disaksikan kaum muslimin pada hari raya ini adalah :
1.      Setiap pelajar putri bersepakat dengan seorang sahabat yang dicintainya untuk mengikatkan sebuah pita berwarna merah pada pergelangan tangan kiri. 
2.      Mengenakan busana serba merah muda seperti blus, jepit rambut, sepatu, dan sebagainya.
3.      Balon-balon merah yang bertuliskan “I Love You.” Biasanya, balon-balon tersebut dikeluarkan pada akhir (jam) pelajaran di sebuah halaman yang tidak terlihat para guru.
4.      Menuliskan nama-nama dan gambar hati pada kedua tangan serta huruf pertama dari nama tersebut (inisial).
5.      Menaburkan bunga mawar merah (Al – Munajjid, 2009 : 156).
Disini juga akan dijelaskan bagaimana seorang muslim menyikapi hari Valentine.
Pertama : Tidak merayakan hari raya ini atau ikut merayakan dengan orang-orang yang merayakannya karena adanya dalil-dalil yang menunjukkan keharaman tentang merayakan hari raya orang kafir ini.
Al- Hafizh Adz – Dzahabi berkata, “Bila orang Kristen dan Yahudi memiliki hari raya maka hari raya tersebut dikhususkan untuk mereka saja. Seorang muslim tidak boleh ikut serta dengan mereka sebagaimana ia juga tidak boleh ikut serta mereka dalam syari’at dan kiblat mereka. Di samping itu, tasyabbuhnya akan membuat orang kafir senang dan menambah kecintaan orang beriman kepada orang kafir.
Kedua : Tidak membantu orang-orang kafir dalam merayakan hari raya mereka sebab ini adalah salah satu syi’ar kekafiran. Membantu dan membenarkan (menyetujui) mereka atas hari raya tersebut, sama dengan membantu kemenangan, ketinggian, serta stabilitas kekafiran. Sementara itu, seorang yang muslim menyetujui kekafiran serta membantu kemenangan dan ketinggiaannya.
Ketiga : Tidak membantu kaum muslimin yang ikut merayakan hari raya tersebut. Seorang muslim wajib mengingkari mereka, karena kaum muslimin yang merayakan hari raya orang-orang kafir merupakan bentuk kemungkaran yang wajib diingkari.
Akhirnya dapat kita ambil kesimpulan dari penjelasan di atas bahwa sikap seorang muslim terhadap Valentine Day diantaranya :
1.      Tidak merayakannya.
2.      Tidak membantu orang lain merayakannuya.
3.      Tidak memberi ucapan selamat.
4.      Menjelaskan kepada kaum muslimin tentang haramnya merayakan Valentine. (Al – Munajjid, 2009 : 153 – 159).      
H.     VALENTINE DAY KENAPA HARUS DIRIBUTKAN?
Tidak ada didunia ini kematian seseorang diperingati dengan begitu massal dan massif seperti halnya kematian Santo Valentine yang diyakini terjadi pada tanggal 14 Februari. Hari kematiannya kemudian diperingati sebagai Hari Valentine, suatu hari dimana orang-orang menyatakan rasa cinta atau kasih sayang kepada orang-orang yang diinginkannya. Para lelaki dan perempuan yang ingin menyatakan cintanya mengirim kartu atau hadiah kepada orang yang dituju dengan kalimat, Be My Valentine, “kalimat ini sama artinya dengan ucapan, jadilah kekasihku.”Benarkah demikian?
Ken Sweiger mengatakan juga bahwa kata “Valentine” berasal dari bahasa latin yang mempunyai persamaan dengan arti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be My Valentine?” , maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Jika memang begitu adanya, mengapa hari Valentine begitu mengundang kontroversial dan polemik. Bukan saja di negeri-negeri muslim, tapi juga di negeri-negeri yang bukan muslim. Bahkan sejumlah agama Kristen sendiri ada juga yang menyerukan umatnya agar tidak ikut-ikutan merayakan Valentine Day. Hal ini tentu tidak datang dengan sendirinya. Ada sesuatu di balik Hari Valentine yang membuat semua orang cemas dan mengharapkan budaya ini tidak menjadi budaya dunia. Namun walau begitu, masih banyak juga yang tidak peduli dan tetap memperingati atau merayakan hari raya ini.
Salah satu negeri dimana Hari Valentine benar-benar diperalat untuk kepentingan bisnis adalah apa yang terjadi di Jepang. Di negeri matahari terbit itu, para pengusaha dengan gencar berusaha menanamkan pengaruhnya bahwa di hari Valentine, para perempuan diharuskan memberi permen coklat atau coklat batangan kepada para pria yang disukainya. Tentukan dengan embel-embel, semakin mahal coklat yang diberikan maka semakin spesial arti pria yang diberikannya, namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela, melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi coklat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya amat besar. Coklat ini disebut sebagai giri-choco dari kata giri (kewajiban) dan choco, singkatan chokoreeto, yang berarti coklat.
Seperti di Jepang, selain Hari Valentine, Taiwan juga mengenal Hari putih. Namun Taiwan tidak berhenti disini, mereka juga memperingati satu hari raya yang mirip dengan Hari Valentine dan Hari Putih dipandang dari arti dan fungsinya. Namanya adalah “Hari Raya Anak Perempuan” atau Qi Qiao Jie. Hari ini diselenggarakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender Tionghoa. Menurut kalender Gregorian tahun 2005, jatuh pada tanggal 11 Agustus 2005. (Rizki, 2005).





BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Jadi, saudaraku, ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi, perayaan ini adalah acara ritual agama lain. Hadiah yang diberikan pun sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bisa dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Dan dari pembahasan ini telah terbukti bahwa mengikuti hari valentine ini tidak diperbolehkan dalam Islam ini adalah perbuatan bid’ah dan termasuk juga tasyabbuh dan hari Valentine ini adalah hari yang mengikuti hari rayanya orang kafir maka ia termasuk dari golongan mereka.  
B.     Saran 
Alhamdulillah, dengan izin Allah, selesai sudah pembahasan makalah ini. Semoga dengan pembahasan ini dapat menjawab kekeliruan yang telah dilakukan oleh banyak manusia. Disini penulis juga meminta para pembaca sekalian kritik dan sarannya dan penulis meminta maaf apabila ada perkataan-perkataan yang salah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Munajjid, Muhammad bin Shalih. 2009. Cet.I. Sunnah dan Bid’ah Tahunan. Andi Wicaksono, ed. Solo : PT. Aqwam Media Profetika.

Bin Baz, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah. 2010.Cet.VI. Fatwa-Fatwa Terkini 2. Jakarta : Darul Haq.

Jauhara, Adzka. Februari 2007. Al-Munajjid : 20-21.

Ridyasmara, Rizki. 2005. Cet IV. Valentine’s Day, Natal, Happy New Year, April Mop, dan Hallowen So What? Jakarta : Pustaka Al – Kautsar.

Yayasan Al-Sofwa.2010. Cet VI. Ada Apa dengan Valentine’s Day ? Jakarta . www.alsofwah.or.id.10.00/09/09/2011.

Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al – Qur’an. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : CV Darus Sunnah.

Rabu, 08 Februari 2012

Adsense Bahasa Indonesia

Adsense Bahasa Indonesia




Berita gembira buat blogger dan webmaster Indonesia. Sejak 1 Februari 2012, Adsense sudah mendukung blog/website yang isinya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama. Akhirnya datang juga!

Daftar Google Adsense sekarang!

Berita gembira ini diinfokan melalui posting di blog resmi Google Adsense yang ditulis oleh Emanuele Brandi sebagai berikut:

We’re glad to announce that Indonesian has just joined the family of AdSense supported languages.

... If you have a website in Bahasa Indonesia, you'll now be able to earn money by showing Google AdSense ads.

Jadi, buat blogger dan webmaster, Anda tak perlu lagi main petak umpet dengan blog/situs berbahasa Indonesia. Sekarang Anda sudah bisa memasang Adsense di blog Indonesia tanpa perlu takut ketahuan dan kena banned karena menaruh kode Adsense di blog berbahasa Indonesia dengan berbagai trik.

Adsense saat ini menerima bahasa Indonesia secara penuh. Artinya, seluruh program Adsense seperti Adsense for content, for search, for feeds, for domains for mobila dll dapat dipasangi kode iklan Adsense. Tidak seperti dulu yang cuma menerima Adsense for Search untuk bahasa Indonesia. Lihat bahasa yang disupport Adsense di sini!

Saya harap teman-teman yang blog bahasa Indonesia-nya diterima Adsense agar mawas diri untuk tidak melakukan pelanggaran TOS (term of service). Terutama, invalid clicks dan copy paste content agar partnership ini bisa awet.

Daftar Google Adsense sekarang!